Rabu, 16 Juni 2010

Sejahtera secara bermartabat (dalam perspektif Pola Kemitraan PT CP Bahari)

Kita sering mendengar cita–cita kaum muda untuk Indonesia adalah menjadikan Indonesia lebih baik ,lebih bermartabat,lebih demokratis,mandiri serta penegakan hukum yang baik dan seterusnya. Itulah cita–cita kita bersama dalam berbangsa dan bernegara .pada kesempatan ini saya tidak akan mengulas semua itu .kita akan menjadi bagianya di kemudian hari. Kami hari ini ingin melihat keadaan diri kami yang menjalankan proses usaha dengan pola kemitraan dengan PT.CPB ,apakah prinsip – prinsip yang berlaku universal itu ada dalam kehidupan usaha kami.maka kami mengambil tema sejahtera secara bermartabat.

Pertanyaan pertama tentu kita bertanya dulu apakah kita sudah sejahtera ? Sejahtera ukuranya sangat jelas dalam dunia usaha,kalau kita mengacu pada karyawan maka UMP + masa kerja + prestasi mungkin bisa diperkirakan apakah kita sudah sejahtera atau belum.sebagian sudah dan kebanyakan pasti belum hal ini berlaku untuk karyawan.Tapi patut disyukuri bahwa kita sampai hari ini masih berkarya untuk pekerjaan kita.sayangnya kami bukan karyawan tapi kami juga peduli.

Kami petambak plasma adalah mitra usaha perusahaan PT.CPB berdasarkan sejarah dan kesepakatan yang kami tanda tangani.Maka ukuran sejahtera adalah apakah kami berhasil berbudidaya atau tidak .yang tercermin dalam seberapa baik ukuran neraca keuangan petambak plasma. saat ini dengan keterpurukan budidaya akibat IMNV hutang kami mencapai kurang lebih 1,2 trilyun atau rata – rata per petambak Plasma 400 Juta

Maka dari segi ini dapat disimpulkan kami belum sejahtera. Sebagai tambahan kami juga mendapatkan Pinjaman Biaya Hidup + natura sebesar 1,3 Juta perbulan.Dari segi inipun dapat disimpulkan juga belum sejahtera. Kamipun masih mensyukuri apa yang kami dapat saat ini sebagai sebuah proses berusaha yang masih bisa diperbaiki di masa yang akan datang. Pertanyaan yang kedua adalah apakah performa diatas didapatkan dengan cara yang bermartabat ? Hal ini cukup sensitive untuk menjawabnya karena menyangkut masalah social. Untuk menjawab ini saya akan bedakan menjadi dua :

• Pertama bermartabat secara kemanusian dalam hubungan usaha berdasarkan pola kemitraan hak–hak manusia sangat dihormati dan pada kenyataanya pun hal ini berjalan dengan baik dengan segala dinamikanya .dalam soal ini patut kita syukuri .

• Yang kedua bermartabat secara usaha dengan keadaan neraca keuangan yang begitu jelek serta tidak sebanding dengan nilai jaminan yang diakui sangat jelas hal ini menimbulkan keprihatinan yang mendalam.


Apakah juga keadaan neraca yang ada memang benar hasil dari kenerja budidaya petambak yang buruk,ataukah system yang diterapkan yang tidak baik. Sebagai catatan saja system yang buruk itu lebih kejam dari seorang pembunuh.seorang pembunuh secara personal hanya mampu menimbulkan kerugian bagi sebagian orang yang disekitarnya dan biasanya tidak terlalu banyak .sedangkan system yang buruk akan mengakibatkan kerugian yang massif bagi banyak orang yang terlibat dalam system itu.

Kami sangat meyakini bahwa kinerja budidaya kami sebagi petambak dapat dikategorikan cukup berhasil karena mendorong perusahaan inti mendapatkan keuntungan yang besar dari transaksi–transaksi dengan kami. Kalau kami terpuruk sedangkan kinerja budidaya baik sudah jelas permasalahanya adalah pada system yang diterapkan. Apakah system kemitraan ini sudah dijalankan dengan baik ,apakah juga menghasilkan sebuah kemajuan yang bermartabat bagi kedua belah pihak dan lingkunganya.jawabanya bagi kami jelas belum

sejahtera dan keadaan ini dihasilkan dari sebuah system yang dijalankan tidak dengan bermartabat.yang seharusnya kami bisa mengecap kesejahteraan. tentunya ini akan kami tagih dengan kesederhanaan kami. Dalam teori penyelesaian sebuah konfilk kebutuhan dasar manusia adalah kebutuhan biologis dan psykologis manusia tidak hanya memerlukan kebutuhan seperti makan,pakain dan perumahan tetapi juga membutuhkan keamanan,jati diri dan pengakuan.yang sering kali dalam menyelesaikan perselisihan hal ini sering diabaikan dan jika tidak dapat dipenuhi akan merupakan bibit – bibit perpecahan di kemudian hari.Kita semua tidak mengininkan konflik apaun jenisnya ,kita tidak menginginkan musuh tapi kita menginginkan lawan untuk mengasah kebijaksanaan kita untuk sesama.

Kecintaan kami akan tempat ini mendorong kami memberikan opini dari perspektif petambak semoga menjadi koreksi dan lawan bagi kebijakan-kebijaksanaan kita .

1 komentar:

Anonim mengatakan...

sangat menarik, terima kasih