Kamis, 27 Mei 2010

CP Prima Jangan Tekan Plasma

KERUGIAN yang dialami PT Central Proteinaprima Tbk (CP Prima) sebagai pengelola tambak udang di Dipasena jangan dijadikan alasan untuk menekan petambak plasma yang ada di lokasi.“Sebab yang namanya rugi atau untung dalam usaha itu sudah biasa, tetapi kerugian jangan itu dijadikan alasan untuk menekan plasma atau petani tambak. Jangan kalo rugi di besar-besarkan tetapi kalau untung diam saja,” kata Wakil Ketua Kamar Dagang dan Industri Daerah (Kadinda) Provinsi Lampung, Yuria Putra Tubarad, Senin (26/4).Dikatakan dia, saat ini yang perlu dilakukan CP Prima untuk menekan atau mengurangi kerugian yang mereka derita adalah mencari penyebabnya, sehingga bisa dilakukan perbaikan, tetapi jangan merugikan petani plasma yang ada.Sebab jika petani plasma sudah terganggu tentu saja mereka akan menjadi korban dan itu akan berdampak terhadap iklim investasi yang ada di daerah, selain itu juga bisa berakibat Dipasena kembali bergolak seperti yang pernah terjadi dibawah manajemen lama.“Kita berharap persoalan ini bisa cepat diselesaikan dan alangkah lebih baik mengajak plasma untuk membahasnya, bahkan Kadinda siap memvasilitasinya jika memang diperlukan” jelasnya lagi.Hal sama juga dikatakan Ketua Komisi II DPRD Lampung, A Junaidi Auli, bahwa hendakanya kerugian yang dialami perusahaan udang tersebut jangan sampai berimbas ke plasma. “Memang saat ini, belum ada aduan baik secara tertulis ataupun langsung dari plasma tentang kondisi Dipasena. Kendati demikian, kita terus memantau karena perusahaan undang tersebut merupakan salah satu investasi besar yang ada di Lampung,” kata politisi PKS itu.Ketika ditanyakan, apakah DPRD akan memanggil CP Prima untuk mengetahui secara langsung kondisi perusaaan udang tersebut, Junaidi menjawab bahwa sepanjang tidak adanya pengaduan, tentu saja dewan tidak akan membahasnya secara khusus, kendati di media masa masalah kerugian yang dialami CP Prima sudah diketahui. ***Terlambat PanenSeperti dirilis koran ini sebelumnya, salah satu petambak plasma Dipasena, Thowilun, Rabu (21/4) mengatakan, dalam beberapa bulan terakhir, ia bersama sekitar 500 warga petambak lain terlambat panen udang.Panen udang biasanya dilakukan setiap 45 hari sekali, tapi akhir-akhir ini menjadi tiga atau empat bulan sekali. Hal itu tentunya akan mempengaruhi produksi, pendapatan petambak, dan kinerja keuangan CP Prima, katanya.Keterlambatan panen udang tersebut disebabkan benur yang seharusnya diperoleh dari CP Prima dalam bentuk barang jadi tidak datang tepat pada waktunya. "Manajemen perusahaan berdalih kesulitan keuangan," kata Thowilun.Namun, Manager komunikasi internal dan eksternal CP Prima George H Basoeki membantah keterlambatan penyebaran benur, karena hanya terjadi Januari lalu akibat musim hujan.Namun, sejak Februari lalu hingga saat kini tidak ada lagi masalah dengan pasokan benur. "Saya kira, tidak ada masalah lagi dengan benur dan jadwal sudah berjalan dengan baik," tuturnya.Terkait program revitalisasi Dipasena, George mengatakan, manajemen CP Prima tetap berkomitmen merealisasikan sesuai jadwal yang ditetapkan.Penjualan bersih CP Prima merosot 16,37 persen menjadi Rp6,83 triliun pada 2009 dibanding tahun sebelumnya senilai Rp8,17 triliun.Penurunan ini antara lain dipicu anjloknya harga udang di pasar internasional dan penurunan volume ekspor ke berbagai negara, terutama Amerika Serikat dan Eropa. Sebab, ekonomi di AS dan Eropa belum pulih total.Kendati penjualan turun, manajemen CP Prima dapat menekan kerugian sekitar 47 persen menjadi Rp217,17 miliar dari tahun sebelumnya Rp407,18 miliar. (LE-4) Sumber : http://www.lampung-news.com

Tidak ada komentar: